Jumat, 26 Oktober 2012

Personal  Brand





www.marketing.co.id – Di edisi lalu saya menulis tentang employer brand dan rasanya tidak fair kalau tidak membahas masalah personal brand. Keduanya berkaitan dan saling menunjang. Yang satu melihat betapa pentingnya perusahaan membangun employer brand yang bertujuan untuk mempertahankan dan merekrut super talented employee; dan tulisan sekarang melihat bagaimana kita sebagai individu perlu membangun brand untuk diri sendiri. Tujuannya supaya talen kita sebagai individu dikenal orang dan perusahaan untuk meningkatkan value kita dan organisasi.


Perusahaan sangat mengerti betapa pentingnya branding dan karenanya mereka berani berinvestasi untuk itu. Dalam globalisasi, personal branding menjadi penting, mengingat persaingan datang dari negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan India. Kalau kita tidak punya personal branding yang kuat, maka meskipun kemampuan kita sama atau lebih dibanding dengan “expatriate” tetapi gaji kita mungkin saja lebih rendah.  Sama halnya dengan produk, kita tidak membeli kopinya melainkan Starbucks-nya atau tidak membeli sepatu olahraganya melainkan Nike-nya.


Dalam keseharian, personal branding juga dikaitkan dengan community branding yang melekat pada individu tersebut seperti alumni universitas tertentu, asal negara atau asal perusahaan. Perusahaan besar yang terkenal, misalnya,  mempunyai soft asset yang istimewa seperti karyawan yang cerdas, motivasi tinggi, dan mempunyai talen sehingga keluaran dari perusahaan tersebut bisa dibayar mahal di perusahaan lain.
Di era teknologi informasi seperti sekarang, personal branding juga dapat membantu banyak hal. Dalam hal e-mail misalnya. Kalau kita sudah memiliki personal branding yang kuat, bisa dipastikan bahwa e-mail atau SMS yang kita kirim tidak akan dihapus sebelum dibaca. Sebut saja Rhenald Khasali sebagai pakar manajemen atau Roy Suryo sebagai pakar telekomunikasi. Nama mereka sudah dapat diasosiasikan dengan keahlian tertentu. Personal branding seperti inilah yang kita perlu bangun agar kita lebih mempunyai value.


Brand seperti apa yang perlu dibangun? Jawabnya sederhana, yaitu brand yang terpercaya dan dibangun berdasarkan reputasi. Kalau kita seorang sales executive, tentu saja reputasi dilihat dari banyak aspek di antaranya bagaimana kita mencapai target dan membina hubungan dengan pelanggan. Seorang pemimpin dilihat dari bagaimana organisasi menjadi lebih berkembang dengan cara-cara yang benar. Seperti sudah disebut sebelumnya, brand berkaitan dengan persepsi sehingga reputasi yang kita bangun seyogyanya selaras dengan persepsi yang akan kita bangun.


Tantangan kita sekarang adalah bagaimana memulai memasarkan brand kita? Banyak cara. Salah satunya sudah dibahas dalam edisi bulan lalu tentang online networking, yang memang merupakan tools yang efektif untuk membangun personal brand.  Cara lainnya, kalau kita senang menulis, coba kirimkan artikel ke media. Kita bisat memulai dengan media lokal atau komunitas kecil dulu. Atau kalau kita senang sebagai public speaker, dapat dimulai dengan memberi seminar, mengajar atau menjadi asisten. Tulisan, seminar, e-mail yang dikirim diharapkan mencerminkan hal-hal yang berkaitan dengan brand kita. Cara-cara komunikasi ini tidak memerlukan biaya besar tetapi bisa menciptakan word of mouth seperti halnya networking melalui teman, kolega, klien maupun pelanggan. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah aktif mengikuti organisasi profesi dan juga alumni.


Apa pun profesi kita, personal brand perlu kita bangun dan kelola. Kedudukan atau jabatan menjadi tidak signifikan lagi andai saja kita sudah mempunyai brand yang kuat karena hal itu akan mengikuti dengan sendirinya. Personal brand  dapat menjadi intangible asset yang sangat bernilai seperti halnya Coca-Cola, Pepsi, dan McDonald’s. Selamat dan sukses membangun brand.


Sumber : http://www.marketing.co.id/blog/2012/09/05/personal-brand/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar