Jumat, 07 Februari 2014

10 Tips Rahasia Sukses Orang Jepang


Kalau suatu hari anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan.Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari berkata tidak untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena hai belum tentu ya bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah, tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya. Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Berikut adalah 10 rahasia sukses orang Jepang :
      1. Kerja Keras
      2. Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari, sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan agak memalukan di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk yang tidak dibutuhkan oleh perusahaan.
      3. Malu
      4. Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena mengundurkan diri bagi para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
      5. Hidup Hemat
      6. Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00.
      7. Loyalitas
      8. Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang garapan (core business) perusahaan.
      9. Inovasi
      10. Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan kendaraan yang lebih cepat dan murah.
      11. Pantang Menyerah
      12. Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi, batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari negara lain termasuk Indonesia . Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo . Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen) . Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan).
      13. Budaya Baca
      14. Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institute penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.
      15. Kerjasama Kelompok
      16. Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok. Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada anekdot bahwa 1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok . Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan rin-gi adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan dalam rin-gi.
      17. Mandiri
      18. Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka meminjam uang ke orang tua yang itu nanti mereka kembalikan di bulan berikutnya.
      19. Jaga Tradisi & Menghormati Orang Tua
      20. Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. (bn/dari berbagai sumber)

Ini Solusi .. Lingkungan Kerja yang Tidak Inovatif


Pada kenyataannya, banyak sekali cara yang bisa ditempuh untuk menciptakan atmosfer inovatif di dalam lingkungan kerja Anda. Jika nda tengah menghadapi masalah minimnya inovasi dalam bisnis Anda sekarang, tak ada salahnya mencoba menerapkan 10 saran berikut ini dalam keseharian menjalankan bisnis. Semua saran ini dibuat sebagai panduan bagi siapa saja untuk mengembangkan filosofi inovatif di lingkungannya.

Saat semua saran tersebut diikuti dan dilaksanakan dengan baik, Anda akan menyaksikan sebuah lingkungan kerja yang kondusif bagi munculnya berbagai pemikiran entrepreneurial potensial. Hasilnya? Sebuah filosofi yang mendukung perilaku inovatif semua awak perusahaan Anda.

Saran 1: Mendorong tindakan
Ide hanyalah tetap ide jika belum pernah diwujudkan dengan tindakan. Berikanlah dorongan bagi para karyawan dan mitra kerja untuk selalu datang bukan hanya dengan ide cemerlang tetapi memberikan sesuatu yang nyata, yang sudah dikerjakan meski itu sedikit dan belum menghasilkan secara signifikan.

Saran 2: Adakan rapat informal jika memungkinkan
Rapat formal membuat waktu kita terbuang percuma. Dengan mengadakan rapat informal yang singkat dan langsung membahas mengenai isu penting, Anda dan karyawan tak perlu membuang waktu untuk hal lain yang kurang esensial. Jika memungkinkan, lakukan rapat dengan berdiri dan batasi waktunya. Dengan begitu, Anda semua akan terpacu untuk berdiskusi secara efektif.

Saran 3: Tolerir kegagalan dan gunakan kegagalan sebagai pengalaman pembelajaran
Tak akan ada yang mau mengalami kegagalan, tetapi hanya dengan kegagalanlah kita belajar dengan cara yang terbaik. Mengalami langsung kegagalan membuat kita belajar banyak dari hanya sekadar membaca buku tentang kisah sukses dan gagal entrepreneur lain yang super sukses. Untuk itu, bersikap bijaklah saat orang di sekeliling kita gagal. Jangan kucilkan orang yang gagal. Namun, tentu saja berikan batas yang jelas toleransi kegagalan sehingga meskipun gagal orang juga tidak lupa untuk belajar.

Saran 4: Gigih dalam menerapkan ide ke pasar
Penerapan ide dalam pasar bukan sesuatu hal yang mudah. Diperlukan kerja keras untuk itu. Untuk itu, jangan lekas menyerah saat gagal menerapkan ide ke pasar.

Saran 5: Berikan apresiasi atas inovasi
Jika sudah ada inovasi yang dihasilkan sekecil apapun itu, berikan penghargaan. Terlebih jika inovasi itu bisa diterapkan secara nyata dan bermanfaat bagi perusahaan secara signifikan.

Saran 6: Rencanakan tata letak fisik perusahaan untuk mendorong terbangunnya komunikasi informal
Komunikasi yang formal akan mengarah ke suasana yang kaku. Dengan mencairkan suasana kerja, komunikasi antarstaf bisa lebih terjalin kuat. Untuk memudahkan terciptanya kondisi ini, Anda sebagai pemilik bisnis atau entrepreneur perlu sekali memikirkan bagaiaman mengatur kantor atau tempat kerja staf sehingga mereka bisa berinteraksi dengan lebih leluasa.

Saran 7: Lakukan bootlegging (mewujudkan sebuah ide cerdas dengan mengerjakannya secara sembunyi-sembunyi saat jam kerja dan waktu pribadi)
Terapkanlah bootlegging dalam perusahaan Anda agar akan selalu ada inovasi dalam perusahaan. Setelah menyelesaikan sebuah ide dan membuatnya berjalan pada konteks nyata, cobalah untuk menunjukkan hasil kerja pada rekan atau karyawan. Mungkin mereka bisa memberikan ide perbaikan atau terkejut dan memuji hasil kerja keras ini.

Saran 8: Kelompokkan staf dalam grup-grup kecil untuk proyek-proyek berorientasi masa depan
Jangan terpaku dengan kegiatan dan rutinitas sehari-hari. Perusahaan dengan visi jauh ke depan perlu juga merancang masa depannya. Untu itu, bagilah staf dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan proyek yang mungkin tidak akan menghasilkan apapun dalam waktu dekat ini tetapi akan sangat bermanfaat bagi kemajuan perusahaan di masa datang. Inilah investasi tak kasat mata yang sering dilupakan.

Saran 9: Dorong staf untuk mengakali prosedur dan birokrasi yang berbelit dan rumit 
Indonesia terkenal dengan prosedur dan birokrasi yang rumit. Mungkin ini kelemahan kita tetapi dalam lingkungan yang penuh kendala, pemikiran-pemikiran inovatif yang muncul karena kejengkelan atas berbelitnya aturan bisa menjadi ide inovatif yang amat menjual. Tentu saja ide inovatif itu harus berada dalam koridor hukum dan etika yang berlaku.

Saran 10: Berikan apresiasi dan promosikan personel yang bekerja dengan inovatif
Yang terakhir dan tak kalah penting ialah pemberian penghargaan dalam berbagai bentuk bagi mereka yang mampu menelurkan ide inovatif dan mengapilkasikannya dalam kehidupan nyata sheingga bermanfaat bagi orang di sekitarny