Kamis, 13 Desember 2012

Trik Berbusana untuk Menutupi Lemak di Perut, Paha & Lengan

img
 
 
Lemak di area perut, paha dan lengan seringkali mengganggu penampilan. Sebelum hal itu mempengaruhi kepercayaan diri, ada beberapa trik berbusana yang bisa menutupi 'kekurangan' Anda itu.

1. Lengan
Lemak di lengan terkadang membuat beberapa orang kebingungan saat memilih busana yang tepat. Secara umum, pemilik lengan besar sebaiknya menghindari busana tanpa lengan. Anda bisa memilih berbagai macam ukuran lengan, tetapi tidak untuk busana yang potongan lengannya sedikit melebihi pundak. Jenis busana itu hanya akan membuat lengan Anda tampak lebih besar.

Bagi yang ingin mengenakan gaun formal, sebaiknya kenakan gaun model strapless. Gaun tube dress tidak mengarahkan perhatian orang pada lengan seperti gaun halterneck atau tali spageti. Pilih atasan berwarna solid dan bawahan bermotif ramai agar penampilan Anda proporsional.

2. Lemak di Perut
Tidak sedikit wanita yang memiliki tonjolan lemak pada perutnya. Tentu saja hal ini menganggu penampilan. Sebagai solusi, hindari mengenakan busana yang memiliki detail pada perut, seperti draperi, payet atau potongan high waist karena hanya dapat mengarahkan perhatian orang pada perut buncit Anda. Selain itu, hindari pula jaket berpotongan crop karena tidak dapat menutupi area perut.

Sebaiknya pilih busana bersiluet longgar seperti atasan trapeze atau sack dress. Arahkan perhatian pada bagian atas tubuh dengan mengenakan busana berkerah rendah, atau pemakaian kalung berukuran besar. Untuk tampilan maksimal, pilih material busana ringan, dan gunakan korset pelangsing jika tetap ingin mengenakan busana pas badan.

3. Lemak di Pinggang
Bagi pemiliki lemak di pinggang, hindari mengenakan busana berpotongan baggy karena dapat membuat Anda terlihat lebih besar. Selain itu, hindari atasan ketat dan celana jeans berpotongan low-waist, karena ketika Anda duduk lemak yang berada di pinggang akan menonjol keluar dan tentu sangat merusak penampilan.

Untuk menciptakan ilusi siluet jam pasir, coba kenakan ikat pinggang di luar coat atau dress. Pilih busana berwarna gelap untuk membuat tampilan tubuh lebih langsing. Namun jika tetap ingin mengenakan dress berwarna fushcia, padankan bersama blazer berwarna gelap untuk mentralkan penampilan. Sentuhan terakhir, kenakan high heels agar tubuh terlihat jenjang.

4. Lemak di Paha
Bagi Anda yang bermasalah dengan bentuk paha besar, hindari mengenakan busana yang ketat pada bagian kaki. Misalnya celana berpotongan skinny atau rok pensil. Selain dapat mengarahkan perhatian orang ke area tubuh yang tidak Anda suka, pemilihan busana ketat tersebut juga akan membuat Anda merasa tak nyaman saat beraktifitas.

Jika ingin mengenakan celana, pilih yang berpotongan straight, boot-cut atau flare. Sedangkan untuk rok, cari yang bersiluet lebar seperti rok A-line. Dress berpotongan empire dengan bawahan melambai bisa menjadi pilihan tepat untuk mereka yang memiliki lemak berlebih pada area paha. Supaya penampilan Anda proporsional, pilih atasan bermotif ramai atau berwarna terang lalu padankan bersama bawahan berpalet gelap

Problem Solving dalam Organisasi Penjualan


 

 

“Tidak ada benarnya”. Itulah mindset yang tercipta di sebagian jajaran penjual. Alam pikiran ini terus menjadi momok kehidupan mereka sehingga membuat segala sesuatu tidak pernah baik, apalagi untuk berprestasi unggul. Kenapa ini bisa terjadi? Serangkaian kalimat sakti serta budaya mencari-cari kesalahan, itulah yang menciptakan sebab-akibat ledakan emosi! Kendati sudah betul-betul berusaha dan dapat melampaui target yang sudah ditentukan, masih ada jurus pamungkas dari sang atasan, yaitu: ”kebenaran saja lagi hoki” atau “itu sih salah targetnya, kekecilan!” Hal inilah sebetulnya yang menciptakan situasi kurang kondusif di dalam organisasi penjualan, sehingga motivasi untuk melakukan yang terbaik pun menjadi tersumbat.

 Kalau sudah begitu, masalah siapa? Jawabnya, ya, sudah pasti organisasi penjualan yang paling dirugikan.

Sebab-Akibat
Dari pemaparan dan telaah selama ini, ternyata ada beberapa penyebab “ledakan emosi” terjadi, antara lain:

Pertama, beban kerja yang sangat berbeda antara pekerjaan lapangan dan pekerjaaan administrasi kantor. Tugas seorang karyawan kantoran dapat dihitung atas dasar jam masuk dan jam pulang. Begitu pula bila tugas tidak terselesaikan, dapat dilakukan lembur atau pekerjaan rumah. Sedangkan pekerjaan lapangan lebih ditentukan pada berakhirnya tugas seorang penjual, yaitu tercapainya target hari tersebut. Belum lagi situasi yang begitu keras, baik dari segi tekanan, kekurangnyamanan maupun polusi dan gangguan.

Kedua, apresiasi. Perusahaan terkadang memberikan imbal jasa dalam bentuk insentif yang terkadang kurang seimbang dengan tingkat beban kerja maupun tingkat kesulitan pekerjaan yang dilakukan. Belum lagi situasi kekhawatiran yang begitu tinggi akan status kepegawaian yang kurang terjamin akibat kinerjanya.

Ketiga, nilai dan citra perusahaan. Jangan terlalu banyak memberikan harapan terhadap pelanggan (mulai dari kualitas produk, pelayanan, pengiriman, informasi dan program pemasaran). Ini semua merupakan hal yang perlu dipahami dan dikomunikasikan ke jajaran penjual. Karena merekalah ujung tombak perusahaan yang perlu banyak tahu dan menanggung risiko atas setiap janji perusahaan yang dikomunikasikan.

Keempat, pengawasan/kontrol. Lantaran tugasnya tidak berada di dalam lokasi kantor, akibatnya mereka selalu mendapatkan pengawasan yang relatif cukup berlapis. Mulai dari perencanaan kunjungan, rencana penjualan, rencana penagihan, laporan hasil penjualan, analisis pasar hingga aktivitas lapangan di pantau oleh para pemimpin lewat kontrol administrasi, kontrol lapangan, kontrol melalui telepon hingga electronic control.

Kelima, keadilan. Tempat kerja yang bersahabat dan tidak saling curiga itu merupakan contoh konkrit rasa hormat perusahaan terhadap karyawannya. Namun, jika hal ini sudah terabaikan dan terjadi ketidaksesuaian di tubuh manajemen, maka saling tidak percaya yang merupakan bibit emosi ketidakadilan akan terjadi.


2 Cara Mengatasi Masalah
Banyak organisasi menilai bahwa hal ini terjadi karena masalah personalia. Padahal situasi  ledakan emosi yang berkelanjutan itu sebenarnya adalah masalah manajemen strategis. Produktivitas yang turun/rendah disebabkan oleh over capacity, workload yang melebihi tingkat optimal, kurang efektifnya sistem pengembangan SDM, termasuk dalam melakukan pengawasan yang tidak proporsional dan kondusif. Akibatnya, fenomena yang muncul—di mana emosinya terkadang meledak-ledak—disinyalir menjadi masalah pribadi yang kurang kompeten, tidak kooperatif atau sedang sakit mental.

Jika memahami hal ini, maka sebenarnya tanggung jawab perusahaan perlu ditingkatkan. Wujudnya berupa mempelajari sistem dan mekanisme kerja, mencari konseling dan konsultan untuk menyelesaikannya. Sebab, bila didiamkan, maka kerugian bagi perusahaan pun tak dapat dielakkan lagi.

Untuk mengatasi hal tersebut yang perlu dilakukan adalah melakukan pendekatan pribadi dalam krisis manajemen penjualan. Adapun langkah yang dapat diambil adalah pendekatan pribadi, kemudian dilanjutkan menjadi proyek tim/kelompok dan semua itu berporos pada sasaran organisasi. Tindakan selanjutnya adalah mengatasi dampak yang terkait dengan pokok persoalan di mana hasil akhir dari problem solving ini adalah suatu proses

Sukses Manajemen Bisnis Suatu Perusahaan adalah Komitmen pada Proses


 

 
PEMBERDAYAAN itulah ”kata kunci” di setiap perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitasnya. Namun pemberdayaan membutuhkan suatu rencana, ketelitian, kesabaran, kepercayaan yang tinggi, dan waktu yang cukup. Dengan kata lain, keberhasilan dari sasaran yang ingin dicapai melalui pemberdayaan adalah sebuah proses yang  tidak dapat diperoleh dalam tempo semalam.


7 Prinsip Pemberdayaan
Dalam menggapai mimpi menjadi kenyataan, maka semua bagian dan individu  di setiap fungsi organisasi profesi, bisnis, keagamaan, kesehatan,  pendidikan maupun sosial pada dasarnya harus membuat daftar panjang  mata rantai komitmen. Dan untuk menerjemahkan itu semua diperlukan  sistem serta investasi yang berorientasi pada pendekatan logis optimis dan  pasti! Jadi, menjalankan organisasi tidaklah bisa hanya berlindung di balik kebaikan pimpinan atau karena kelemahan tidak adanya sistem, apalagi karena alasan tertentu sering terdengar statement klasik yang kurang bertanggung jawab: ”Ini kan kerjaan sosial, jadi jangan pakai aturan macam-macamlah.”
Jadi, kalau saat ini masih saja ada pribadi-pribadi seperti itu, rasanya keterpurukan dan kemunduran sudah pasti di ambang neraka suatu organisasi. Nah, agar “pintu  neraka” organisasi penjualan tidak sampai terbuka, maka diperlukan 7 (tujuh) komitmen bagi organisasi penjualan yang solid.

1. Fungsikan  dan  Berdayakan
Sebelum pemberdayaan dilaksanakan, waspadalah! Apakah kompetensi  yang dimiliki sudah sepadan dengan tuntutan tugas? Jika tidak, tentunya diperlukan persiapan awal yang matang dengan memberikan pelatihan yang tepat sasaran, diberikan oleh pelatih yang kompeten, dan juga bagi para karyawan yang mempunyai harapan akan menjadi lebih baik.


2. Waktu  yang  Memadai.
Kelangsungan organisasi disebabkan oleh proses, sehingga setiap unsur yang ada di dalam organisasi— beserta setiap fungsinya—merupakan  keterkaitan satu sama lain dan membutuhkan waktu pengenalan, penerimaan, pemahaman, pendalaman hingga penguasaan. Maka untuk mencapai penguasaan tersebut, diperlukan waktu yang cukup agar kesenjangan tadi dapat teratasi.


3. Perlunya  Kewenangan  yang  Cukup.
Organisasi yang baik adalah mengetahui batas-batas yang boleh dilakukan oleh setiap pemegang jabatan dan tanpa perlu minta persetujuan atasan—ada pula dalam hal-hal tertentu perlu mendapat persetujuan dari atasan. Hal ini berguna bukan hanya sebagai batasan pengendalian, namun makna yang lebih jauh adalah agar unsur yang ada di dalam organisasi tersebut (baik atasan maupun pihak terkait) menjadi peduli dan tahu tentang aktivitas operasional.

4. Berorientasi  pada  Sasaran  Utama: Pelanggan
Organisasi memerlukan paramater kinerja komprehensif dan dengan visi dan misi yang sama, yaitu ”pelanggan”.  Dengan demikian, setiap pemegang jabatan perlu merencanakan, bernegosiasi, memecahkan masalah dan—kebutuhan yang hakiki—dapat mengaktualisasikan kemampuan yang dimiliki dalam pekerjaan, serta melibatkan setiap jajaran penjual untuk menentukan  sasaran tersebut dengan penuh optimisme.


5. Jadilah  Manajer Penjualan  yang  Open Mind
Karena menjadi pimpinan adalah suatu seni, diperlukan  pendistribusian wewenang yang dimilikinya kepada para jajaran penjual di garda terdepan. Sadarilah juga bahwa peran jajaran garda depan merupakan sesuatu yang vital dan mempunyai nilai lebih.


6. Berpikir  Out  of  The  Box
Inovasi bisa dilaksanakan, kalau saja setiap pimpinan yang ada selalu memberi panutan di dalam mencari solusi terbaik dengan berpikir kreatif—BUKAN berpikir logis. Untuk menjawab hal tersebut, pola berpikir out of the box merupakan jamu mujarab yang perlu kita  konsumsi setiap saat dalam menghadapi setiap masalah. Biarkan setiap individu mencari solusi masing-masing selama tidak keluar dari pakem  utamanya, yaitu pelanggan.


7. Roh  Budaya  Menjual  dan  Melayani.
Keenam hal di atas perlu diikat dengan budaya perusahaan yang kuat serta pentingnya penjualan dan pelayanan yang berlandaskan stabilitas perusahaan. Dengan begitu, pemberdayaan dapat terwujud dan membuat organisasi penjualan menjadi solid seperti yang dicita-citakan