Selasa, 30 April 2013

Para CEO dan Para Manager Mari Mengenal Model Evolusi Perusahaan ; Ala David Hurst.....

Para  CEO  dan  Para Manager 

Mengenal Model Evolusi Perusahaan ;  Ala David Hurst.....  

 

Sebuah model perubahan organisasi yang dikembangkan oleh David Hurst.  Bukunya yang berjudul  “Crisis & Renewal” yang diterbitkan pada tahun 1995, menyajikan model yang menggambarkan evolusi yang terjadi dalam sebuah organisasi yang tersebut organizational ecocycle model.

David Hurst menggambarkan proses evolusi tersebut dengan infinity loop.  Loop ini dibagi ke dalam empat fase sebagai bagian dari tahapan evolusi perusahaan, yakni eksploitasi, konservasi, creative destruction, dan akhirnya renewal.  Keempat tahap itu mewakili siklus perusahaan, dari lahir, tumbuh berkembang, menua, mengalami krisis, dan kemudian memperbarui diri (creative destruction), dan berujung pada peremajaan (renewal).

. Proses ini, menurut Hurst, berawal saat perusahaan itu lahir. Khususnya, saat perusahaan ini menentukan pilihan bisnis dan lanskap bisnis yang ia masuki. Usai lahir, perusahaan itu memasuki tahapan entrepreneurial action  (fase 8) saat di mana pasar yang dimasuki masih belum tereskploitasi.  Relasi bisnis dengan lingkungan bisnis terjadi melalui learning process, berlangsung intensif dan gerak perusahaan bisa begitu cepat, fleksibel, dan lentur.

Usai perusahaan mulai mendapatkan keuntungan dan sukses di pasar, perusahaan itu memasuki tahap I. Perusahaan ini berkembang pesat dan secara perlahan mulai membesar seiring dengan berkembangnya pasar. Seiring dengan itu, birokrasi, hierarki, dan job description serta prosedur mulai terbentuk.

Strategi yang terumuskan dalam fase 8 menjadi desain bisnis perusahaan yang baku dan cenderung statis tanpa ada lagi learning process. Sementara itu, pasar mulai membesar, kompetitor bermunculan dan makin intensif berebut pasar, fragmentasi pasar juga mulai terjadi.  Pada tahap inilah, bottleneck terjadi. Perusahaan mulai gemuk, lamban, dan kurang licah mengikuti dinamika binsis.  Saat makin jenuh dan menuanya pasar, penjualan pun sampai pada titik puncak dan siap terjun bebas (fase 2). Pada tahap ini, perusahaan mulai terjebak pada krisis. Kinerja perusahaan merosot tajam. Pelanggan satu demi satu pergi. Tak ayal, moral karyawan juga terguncang.  Saat ada krisis, ada dua kemungkinan yang bakal menimpa perusahaan.
Pertama, perusahaan akan bangkrut dan tutup. Kedua, perusahaan akan tetap eksis dan makin kokoh dengan melakukan program renewal.

Fase creative destruction menjadi fase  4 di mana pada tahap ini perusahaan mengubah secara mendasar dasar-dasar pengelolaan perusahaan. Creative destruction bermula dari kebingungan atau confusion (fase 5) lantaran krisis yang menimpa. Pada taraf ini, biasanya muncul pemimpin karismatik (fase 5) yang menyuguhkan energi, ide-ide, dan nilai-nilai baru ke perusahaan.

Pada creative destruction, saya memberi contoh sosok Jack Welch dan Roberto Goizueta. Keduanya merupakan sosok pemimpin karismatik. Jeck Welch berhasil membawa GE keluar dari krisis perusahaan. Demikian juga dengan Roberto Goizueta dengan Coca-Cola. Jeck Welch saat bergabung dengan GE pada tahun 1981 langsung membuat krisis dengan melakukan restrukturasi, yakni dengan membabat layer dan hierarki organisasi, memangkas seratusan ribu karyawan, lalu fokus pada bisnis-bisnis yang ia yakini bakal membawa GE menuju kesuksesan.

Pada tahapan itu,  transformasi membutuhkan seorang pemimpin yang berpengaruh. Mimpi, energi emosional, ambisi, maupun nilai-nilai yang dibawa pemimpin karismatik akan menginspirasi dan memengaruhi seluruh unsur organisasi. Ini bakal menjadi kekuatan besar di perusahaan untuk mencapai transformasi.  Di bawah pengaruh pemimpin karismatik inilah perusahaan mampu berubah menjadi muda kembali (fase 6). Tim perusahaan kembali bersemangat entrepreneurial, bisnis mulai lincah, dan perusahaan mengalmi peremajaan kembali (fase 8).

Mengapa Anak Harus Kenal Teknologi Sejak Dini...?

Mengapa Anak Harus Kenal Teknologi Sejak Dini...?

Produk-produk gadget dan alat komunikasi lain sudah menjadi benda wajib dalam kehidupan keluarga. Orangtua pun tak ragu membekali anak dengan berbagai perangkat komunikasi, seperti smartphone atau komputer tablet. Namun, sebenarnya di usia berapa sih anak dapat dikenalkan pada teknologi?
Menurut psikolog Roslina Verauli, MPsi, kapan tepatnya anak bisa dikenalkan dengan teknologi, semua tergantung pada lingkungan sekitarnya. Kalau keluarga Anda kaya akan teknologi, maka anak pun perlu dikenalkan teknologi sejak dini.

"Jika Anda sudah menggunakan teknologi di rumah, mau tak mau anak juga akan bertanya mengenai hal tersebut. Dan, pada saat itulah Anda harus mengenalkan teknologi padanya. Namun, dengan batasan dan aturan yang sesuai," ujarnya, saat media sharing bersama Intel di Bistronomy, Jakarta, Selasa (30/4/2013). Sebaliknya jika Anda tidak kenal teknologi, maka Anda tidak perlu mengenalkan teknologi.

Jika anak telah dikenalkan dengan teknologi, anak akan menjadi individu yang kompeten dan mandiri. Yang dimaksud dengan mandiri, yaitu anak tidak akan lagi tergantung dengan orang sekitar. Bahkan, anak sudah mandiri pada usia tiga tahun.

"Maksud mandiri itu adalah sudah bisa pakai baju sendiri, mandi sendiri, dan sudah bisa tidur sendiri. Dan saat usia empat tahun sudah total mandiri karena tidak lagi tergantung pada orang-orang dewasa," paparnya.

Menurut sebuah riset pada tahun 1998, anak pra-sekolah dengan akses komputer cenderung memiliki pengetahuan umum dan kemampuan bahasa yang baik. Penggunaan komputer juga berhubungan dengan peningkatan prestasi akademis pada anak usia sekolah. Karena, teknologi sebenarnya memberi banyak manfaat untuk anak, seperti:

* Untuk anak usia 3-6 tahun, mereka akan terlengkapi dengan ruang belajar, yaitu menggambar dan mendesain. Dari sisi hiburan, penggunaan games, video, atau musik, akan menjadi ruang bagi anak untuk belajar secara lisan mengasah motorik dan panca inderanya.

* Untuk anak usia 6 tahun ke atas, mereka dapat menggunakan komputer untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah. Mereka juga akan belajar untuk menggunakan email, dan berbagai aplikasi chatting yang juga dapat meningkatkan verbal skill anak.

"Jadi, Anda tidak perlu takut apabila ingin memperkenalkan teknologi pada anak. Karena, kebutuhan teknologi menjadi bahan pembelajaran bagi mereka agar lebih terasah kemampuannya," tutupnya.

Orangtua tak perlu takut anak hanya akan terpaku pada gadget-nya atau mengalami kecanduan yang membuat mereka malas belajar. Semuanya tergantung pada cara Anda memperkenalkan anak pada teknologi, dan seberapa butuh mereka terhadap teknolog