Senin, 27 Januari 2014

Management : Inilah Ciri Kategori Kita sudah menjadi Pemimpin INOVATIF


Bapak manajemen modern, Peter Drucker, pernah menyatakan bahwa ada dua, dan hanya ada dua fungsi utama dari semua bisnis, yaitu pemasaran (bagaimana perusahaan mendapatkan segmen pasar yang mau menerima penawaran perusahaan) dan inovasi (bagaimana perusahaan selalu dinamis mengadaptasi penawarannya agar tetap relevan dengan kondisi pasar). Dengan demikian, jika pada hari ini suatu perusahaan berhasil mengidentifikasi segmen pasar yang tepat bagi produknya sehingga mendapatkan laba dari kegiatan pemasarannya, hal yang sama belum tentu akan dapat dipertahankan pada esok, lusa, atau di masa depan, jika perusahaan tersebut tidak melakukan inovasi.

CEO adalah pimpinan puncak perusahaan yang diharapkan menjadi lokomotif bagi penciptaan inovasi perusahaan. Untuk dapat menjadi lokomotif inovasi, seorang CEO tentunya juga harus memiliki DNA sebagai inovator. Bagaimana dia dapat mengawal proses inovasi jika secara karakter, dia tidak suka terhadap perubahan dan malahan cenderung menikmati status quo. Dari hasil penelitian selama enam tahun terhadap 25 CEO dan tokoh inovasi, 3.000 manajer puncak, dan 500 penemu produk baru, yang hasilnya dimuat diHarvard Business Review, Dyer, Gregersen, dan Christensen menemukan bahwa memang tidak semua CEO adalah inovator. Banyak CEO yang merasa bahwa kewajiban mereka adalah sebatas menyediakan fasilitas dan sistem sebagai enabler bagi terjadinya inovasi. Mereka mendelegasikan inovasi kepada para manajer dan stafnya.

Para CEO ini tidak berkontribusi langsung dalam proses penciptaan ide sebagai dasar inovasi. Sebaliknya, sebagian kecil perusahaan (15%) dalam sampel penelitian Dyer dan kawan-kawannya, memiliki CEO yang dapat dikategorikan sebagai inovator. Mereka tidak mendelegasikan proses penciptaan ide kepada orang lain. Dengan kata lain, mereka sendiri yang menjadi gudang ide-ide baru yang nantinya menjadi cikal bakal inovasi. Almarhum Steve Jobs tentunya termasuk golongan CEO yang seperti ini. Contoh lainnya adalah Herb Kelleher (Southwest Airlines), Pierre Omidyar (eBay), Michael Dell (Dell Computer), A.G. Lafley (P&G), dan beberapa tokoh lainnya.

Apa ciri utama dari para inovator ini? Mereka memiliki inteligensia tinggi dalam hal kreativitas (creative intelligence). Inteligensia ini memadukan kekuatan otak kiri dan otak kanan sehingga ide yang dikeluarkan tetap orisinal, tetapi pada saat yang sama juga tetap realistis. Dalam buku The Opposable Mind, Roger Martin—dia adalah Dekan Rothman Business School—menyatakan bahwa seorang inovator memiliki kapasitas di kepalanya untuk menampung dua ide yang sangat berseberangan (two diametrically opposing ideas). Mereka tidak takut untuk kelihatan “aneh” dengan ide-idenya, karena mereka sadar sepenuhnya bahwa inovasi yang radikal harus memiliki elemen kebaruan (novelty) dan juga unsur kejutan (surprise). Di samping inteligensia kreatif yang tinggi, para inovator ini ternyata memiliki lima keahlian khusus yang unik, yang membedakan mereka dari para manajer atau CEO yang lain. 

Keahlian pertama adalah kemampuan membuat asosiasi. Kemampuan ini berguna untuk menghubung-hubungkan hal yang tampaknya tidak berkait, menjadi saling berkait. Konon, ide-ide brilian mendiang Steve Jobs muncul dari obsesi dan ketertarikannya pada seni kaligrafi, aliran meditasi, dan kemewahan mobil Mercedes Benz. Ketiga hal yang tampaknya tidak berkaitan, tapi di dalam otak seorang Jobs, ketiga hal tersebut bercampur dan kemudian menelurkan ide-ide inovatif dalam produk yang diluncurkan Apple.

Keahlian kedua adalah kemampuan bertanya kritis. Drucker menyatakan bahwa hal yang sulit bukanlah menemukan jawaban yang tepat, tetapi menemukan pertanyaan yang tepat. Pertanyaan yang tepat sifatnya provokatif, menolak status quo, dan menjangkau masa depan. Para CEO inovatif selalu bertanya apakah ada cara baru dalam membuat produk, teknologi baru untuk melakukan distribusi, pasar baru yang belum tercipta, mengapa kita melakukannya seperti ini, pihak mana yang harusnya diajak kerja sama, dan banyak lagi pertanyaan mendasar lainnya. Omidyar (pendiri eBay) mengatakan bahwa di masa sekolahnya dia cenderung tidak disukai guru dan teman sekelasnya, karena dia selalu aktif bertanya dengan kritis, sehingga dia dianggap “memojokkan” guru dan teman sekelasnya.

Keahlian ketiga dan keempat adalah kemampuan mengobservasi lingkungan dan kemampuan melakukan eksperimen. Para CEO inovatif selalu mengamati apa yang terjadi di lapangan dan di kehidupan sehari-hari, kemudian bereksperimen untuk melihat kemungkinan-kemungkinan. Dari observasi dan eksperimen ini muncul ide-ide untuk melakukan sesuatu yang baru untuk memenuhi kebutuhan di lapangan atau membantu orang menjalankan tugasnya sehari-hari.

Keahlian yang kelima adalah kemampuan membuat jejaring (networking). CEO inovatif aktif bertemu dengan orang-orang di luar perusahaan dan bahkan di luar industrinya. Dari hasil interaksi dengan berbagai kalangan ini, akan muncul ide-ide kreatif yang bisa jadi tidak terpikirkan jika mereka hanya nyaman bergaul dengan orang di dalam perusahaan atau hanya para pelaku di industri yang sejenis. Michael Lazaridis (Research in Motion) mendapatkan ide untuk menciptakan BlackBerry ketika menghadiri seminar sistem transfer data nirkabel untuk mesin vending milik Coca Cola.

Setelah mengetahui pentingnya peranan CEO dalam inovasi, kita tentunya berharap para CEO di Indonesia—khususnya perusahaan nasional dan BUMN—dapat menjadi lokomotif inovasi di perusahaannya masing-masing. Jika dunia di belahan Barat saja—yang masyarakatnya lebih ekspresif dan terbuka terhadap hal-hal baru dan power distance yang relatif rendah—tetap membutuhkan peranan CEO yang inovatif, apalagi perusahaan di Indonesia dengan budaya yang lebih patriarkis, power distance yang tinggi, dan masyarakatnya membutuhkan figur panutan (role model). Kebutuhan terhadap CEO inovatif di perusahaan Indonesia menjadi sangat relevan.

Benarkah KAYA membuat kita Bahagia ..... ?

Kekayaan dan kebahagiaan tidak sesederhana yang kita bayangkan
Ada sebuah contoh nyata yang terkait hal ini, yakni kepada Evan Spiegel, CEO muda Snapchat. Snapchat sendiri adalah sebuah aplikasi yang memperbolehkan Anda memfoto apapun kemudian mengirimkannya ke teman-teman Anda hanya untuk dilihat sekilas saja.

Spiegel mendapatkan tawaran dari Facebook untuk akuisisi Snapchat senilai 3 miliar US Dollar atau setara dengan 36,7 Triliun Rupiah dan ia menolak tawaran itu. Orang-orang yang mengetahui hal ini mengatakan bahwa Spiegel gila. Namun jika kita melihat latar belakang Spiegel, banyak orang dari industri teknologi mengerti akan situasinya dan menghargai keputusan Spiegel itu.

Spiegel sendiri datang dari keluarga yang kaya. Ayahnya tinggal di salah satu komplek paling mahal di Los Angeles dan Spiegel sendiri juga dapat menjual beberapa sahamnya di Snapchat untuk jutaan US Dollar. Jadi kenyataannya, Spiegel bukan mengatakan "tidak" ke kekayaan namun ia memang sudah kaya "dua kali." Lalu apa hasil dari kekayaannya itu? Itu hanya secara sederhana memberikan dirinya kesempatan menjalankan perusahaan global dengan resiko kecil dan beban pikiran yang ringan.

Dari sini kita mengetahui bahwa hubungan kekayaan dan kebahagiaan itu tidak semudah yang kita bayangkan. Berikut ini adalah bagaimana para orang kaya mendeskripsikan hubungan tersebut. Semua sumber ini didapat dari pembicaraan mereka di Quora. Perlu diketahui semua gambar di bawah hanyalah gambar ilustrasi dan bukan foto dari orang terkait.

Lawrence Sinclair - Uang tidak membuat Anda bahagia, hubungan sesamalah yang memberikannya.

Lawrence Sinclair pernah bekerja menjadi ahli ekonomi selama beberapa tahun dan ia tumbuh besar di lingkungan para diplomat dengan kekayaan yang dapat dibilang melebihi banyak orang.

Sinclair mengatakan bahwa dirinya tidak percaya akan argumen hedonistik mengenai kekayaan. Ia mengatakan bahwa semaki banyak uang yang Anda miliki maka akan semakin banyak uang yang dibutuhkan agar Anda mencapai tingkat kekayaan tertentu. Kekayaan datang dari relasi Anda dengan sesama dan kualitas hubungan tersebut. Ia meragukan bahwa para ahli ekonomi saja pasti kesulitan untuk menggambarkan secara tepat hubungan kekayaan dan kebahagiaan.



Rick Webb - Sesudah Anda kaya, Anda akan menerimanya begitu saja, seperti Anda menerima orang tua Anda dari lahir.
Rick Webb mendeskripsikan dirinya sebagai baru saja merasakan kekayaan dimana jika digambarkan ia dapat berada sekitar 0.5% orang terkaya dunia dimana seakan-akan ia sudah tidak perlu bekerja lagi.

Webb mengatakan bahwa menjadi kaya terasa seperti itu adalah keberuntungan Anda dalam hidup. Seakan-akan seperti seseorang mempunyai anak yang cantik dari kekasih yang mengagumkan atau orang tua yang luar biasa. Bagi dirinya, ia mengatakan bahwa sampai sekarang ia belum menemukan bagaimana kekayaan dapat membuat dirinya bahagia.



James Altucher - Mempunyai banyak uang membuat diri Anda menginginkan lebih.
James Altucher mengatakan dirinya telah mengalami berbagai naik turun yang cukup ekstrim dalam 20 tahun belakangan dan ia mengenal beberapa kenalan akan orang-orang kaya yang mendeskripsikan diri mereka sebagai "merasa aman dan tidak dapat disentuh." Salah satu orang yang mengatakan hal ini tiba-tiba terkena kanker dan setelah bertahun-tahun melawan kanker ia bunuh diri dengan menembak dirinya.

Altucher sendiri mendeskripsikan kekayaan sebagai perasaan kekurangan. Ia berpikir bahwa jika dirinya dapat menghasilkan 10 juta US Dollar atau sekitar 122 Miliar Rupiah dengan mudah maka orang lain mungkin sudah memiliki 11 Juta US Dollar atau sekitar 134 Miliar Rupiah. Dirinya merasa miskin lagi dan ia berpikir membutuhkan lebih banyak lagi untuk kaya.


Mona Nomura - Saat orang kaya mendekati ajalnya, mereka tidak bangga akan kekayaan mereka dan menyesali banyak hal.
 Mona Nomura terlahir dalam keluarga yang kaya dimana ia sendiri tidak menyadari kelebihannya itu hingga saat ia masuk ke dalam sekolah negeri dan menjadi lebih dewasa. Saat ia masuk ke sekolah negeri, dirinya sangatlah berbeda dibandingkan teman-temannya yang lebih berkekurangan. Oleh karena itu ia berbohong agar dapat berbaur dengan teman-teman sekolahnya yang keluarganya tidak seberuntung dirinya.

Singkat cerita, orang tuanya bercerai dan ibunya yang mencapai kekayaan setelah sukses dari bawah menderita kanker stadium 4. Ibunya menghabiskan sisa-sisa waktunya menyesali berbagai keputusan yang telah ia ambil dan menyalahkan dirinya akan hal itu. Dalam diari ibunya, ia menyebutkan bahwa betapa tidak bersyukurnya akan berbagia hal dan berbohong akan menyadari bahwa kebahagiaan tidak ada dalam kelebihan materi.


Anonimus - Menjadi kaya membuat diri Anda berpikir Anda lebih pintar dan lebih baik dibandingkan orang-orang lain di dunia, dan itu membuat diri Anda merasa baik
Seorang anonimus di Quora mengatakan telah merasakan naik turun saat umurnya memasuki kepala 2 dan sebelum berkepala 3 telah menghasilkan 10 Juta US Dollar atau sekitar 122 Miliar Rupiah.

Pada awalnya ia merasakan kesenangan akan hal itu namun sekarang itu sudah menjadi biasa dan ia merasa yang membuat dirinya merasa kaya adalah anak-anaknya. Selain itu, ia mengatakan keuntungan lainnya adalah merasa senang telah menghasilkan uang banyak dan melihat orang lain di dunia lebih rendah, Anda dapat keluar dari sistem yang sudah ada dan uanglah yang memberikan Anda hal itu.


Igor Atakhanov - Terkadang Anda berpikir bahwa Anda adalah Tuhan
Igor Atakhanov tumbuh besar dalam keluarga yang kaya sejak lama dan hidup dalam kehidupan dimana merendahkan orang lain saat dirinya kecil. Saat masih kecil, ia mengatakan ke anak-anak lainnya bahwa dirinya memang Tuhan. Ini karena ia diperlakukan begitu dalam keluarganya.

Walaupun perasaan ini telah ditinggalkannya seiring ia bertumbuh dewasa, tidak bagi ayahnya. Ayahnya akan memberitahukan dirinya bahwa mereka terlahir berdarah biru (bangsawan). Namun Atakhanov sendiri melihat ayahnya sebagai salah satu orang paling kasihan yang pernah dikenalnya karena ayahnya akan sering duduk di ruangannya dengan depresi konstan.


Josh Kerr - Menjadi kaya membuat resiko kehidupan berkurang
Josh Kerr pernah menjadi eksekutif 3 startup dan merupakan seorang investor. Ia mendeskripsikan kekayaan membuat resiko dalam kehidupan berkurang. Jika ia sakit, ia akan pergi ke dokter terbaik. Jika ia ingin melakukan investasi properti, ia berani melakukan investasi karena kerugian tidak akan berpengaruh terhadap dirinya. Ia dapat mempunyai 5 anak dan ia tahu kelima-limanya akan masuk kuliah.

Dengan menjadi kaya, Kerr dapat berani dalam pekerjaannya dan mengambil keputusan atas berbagai keputusan yang tidak dapat diambil orang lain. Itu juga berarti ia berani terhadap atasnnya dan atasannya akan berpikir bahwa ia kandidat yang lebih. Ini semua karena ia memiliki uang sebagai tempat bersandar walaupun jika ia dipecat.


             

Tips Sukses Memulai INOVASI Agar Bisnis Tidak Usang


Sudah menjadi rahasia umum jika inovasi adalah “darah” kehidupan bagi ekonomi global. Tak heran jika gagasan kreatif selalu menjadi strategi yang diandalkan perusahaan di dunia.


Para chief executive officer (CEO) perusahaan senantiasa selalu mengedepankan inovasi dalam menjalankan bisnis. Istilahnya, tanpa inovasi, perusahaan akan mati perlahan. Wajar jika akhirnya ide-ide revolusioner bakal mampu mengangkat industri di kancah global. Artinya, inovasi adalah sebuah perubahan. 

Setiap perusahaan di dunia selalu dituntut melakukan perubahan dalam menghadapi perkembangan bisnis yang terus bergerak. Karena itu, setiap perusahaan (khususnya yang terkemuka) selalu berlomba mengembangkan inovasi,baik untuk sektor sumber daya manusia hingga produk.

Apalagi, masyarakat selalu menunggu dan menilai inovasi yang dilakukan perusahaan. Fakta inilah yang membuat majalah Forbes selalu melansir daftar perusahaan paling inovatif di dunia yang bertajuk "100 Most Innovative Companies." 

Dalam daftar yang dikeluarkan 20 Juli lalu setidaknya ada empat hal yang menjadi pertimbangan. Pertama adalah rata-rata pertumbuhan penjualan perusahaan yang dihitung selama lima tahun terakhir. Kedua, rata-rata pertumbuhan laba bersih yang diperoleh perusahaan yang juga di hitung dalam lima tahun terakhir.

Dua kategori ini dihitung berdasarkan persentase masing-masing. Kemudian dua indikator lain yang juga dinilai dalam melihat inovasi perusahaan adalah nilai perusahaan itu sendiri yang berupa kapitalisasi pasar ditambah utang bersih dan inovasi premium. 

Inovasi premium adalah kategori yang digunakan untuk mengukur seberapa banyak investor menawar harga saham perusahaan di atas nilai bisnis yang ada. Penawaran itu didasarkan dari hasil inovatif ekspektasi masa depan, baik untuk produk baru, jasa, dan pasar. 

Dalam penilaian ini setiap perusahaan yang masuk dalam daftar harus memiliki minimal USD10 miliar dalam kapitalisasi pasar. Di samping itu, perusahaan sedikitnya harus mengeluarkan 1% dari aset dasar untuk kebutuhan pada riset dan pengembangan. 

Hal yang juga menjadi sorotan dalam penilaian yaitu bagaimana perusahaan memiliki data publik untuk tujuh tahun terakhir. Lalu, dalam menghitung nilai inovasi premium dilakukan beberapa tahap perhitungan. Salah satunya dengan melihat pendapatan perusahaan dari bisnis yang ada. 

Ditambah pertumbuhan yang diantisipasi dari bisnis dan melihat nilai bersih (net present value/NPV) dari arus kas. Forbes membandingkan NPV arus kas dari bisnis yang ada dengan kapitalisasi pasar saat ini. 

Bagaimana perusahaan dengan kapitalisasi pasar di atas NPV dari arus kas mampu membangun inovasi ke saham mereka. Penilaian Forbes juga didasarkan pada pilihan eksekutif tentang perusahaan yang menurut mereka paling inovatif. 

Kemudian di samping itu, metode penilaian bergantung pada penilaian investor untuk mengidentifikasi perusahaan yang mereka harapkan menjalankan inovasi saat ini dan di masa depan. Di antara sejumlah objek penilaian, beberapa perusahaan ternama dunia masuk di dalamnya seperti Amazon, Apple, dan Google.

Dalam daftar ini juga didapati Salesforce.com yang menempati peringkat teratas. Salesforce. com adalah pengelola jasa internet yang mulai banyak dilirik para pengguna chatting (chatter). Perusahaan ini mengambil posisi Facebook dan Twitter. Jika dilihat pada daftar 100 Most Innovative Companies yang dikeluarkan Forbes, hal paling penting dalam menentukan peringkat adalah investasi premium. 

Dalam 100 daftar yang dikeluarkan majalah asal Amerika Serikat ini terlihat bahwa inovasi premium selalu berjenjang sesuai dengan pemeringkatan yang ada. Peringkat atas akan mempunyai angka investasi premium lebih besar dibanding peringkat di bawahnya. 

Hal ini berbeda dengan tiga kategori lain, yaitu pertumbuhan penjualan, laba, dan nilai perusahaan. Perusahaan yang berada di peringkat atas belum tentu pada ketiga kategori tersebut lebih besar dibanding peringkat di bawahnya. Hal ini terlihat jelas dalam daftar lengkap yang dikeluarkan Forbes. 

Artinya, pemeringkatan Forbes ini tidak berdasarkan besar-kecilnya perusahaan atau besar kecilnya laba yang diperoleh namun seberapa besar inovasi yang dilakukan. Contohnya, Salesforce.com yang bertengger di tempat teratas mempunyai pertumbuhan sebesar 39,5% selama lima tahun terakhir. 

Sedangkan, laba bersih yang diterima perusahaan meningkat sebesar 78,7%. Nilai perusahaan Salesforce.com membubuhkan angka sebesar USD20,7 miliar dengan inovasi premium sebesar 75,1. Walau berada di peringkat utama, nilai perusahaan Salesforce.com jauh berada di bawah Amazon.com (2) yang memiliki nilai perusahaan USD92,7 miliar. 

Lalu Apple (5) yang mengantongi nilai perusahaan USD303,4 miliar, dan Google (7) yang mengantongi nilai perusahaan USD138,1 miliar. Perusahaan yang bermarkas di Amerika Serikat ini mempekerjakan 5.306 pekerja dan dipimpin Marc Russell Benioff sebagai CEO. 

Dalam peringkat daftar perusahaan terbesar yang dikeluarkan Forbes April lalu, perusahaan ini hanya berada di peringkat 1.733 dunia. Namun dengan inovasi yang dilakukan, Salesforce. com memberikan janji perkembangan yang menggiurkan. Sebagai CEO, Benioff mempunyai peran penting pada inovasi yang dilakukan Salesforce.com.

“Tugas saya adalah membimbing Salesforce. Saya tidak bisa duduk di kantor pusat dan berpura-pura berhubungan. Sangat memungkinkan bahwa apa yang sedang kita gunakan pada hari ini akan menjadi usang dalam beberapa tahun,” jelas Benioff.





Berikut adalah beberapa teknik yang dapat diterapkan untuk menumbuhkan inovasi:
1.       Buatlah Jurnal – Berlatih menulis setiap pikiran, ide, dan inspirasi anda. Cobalah brainstorming dan berpikir di atas kertas.

2.       Buka mata dan telinga anda baik-baik, lihatlah lingkungan sekitar. Buka jaringan yang luas untuk mencari berbagai sumber informasi. Banyak kisah sukses lahir dari sampah yang sudah tak dimanfaatkan dan berhasil disulap jadi uang.

3.       Melihat segala sesuatu bukan dari masalahnya, tetapi membuat inovasi apa yang bisa diciptakan dari masalah tersebut. Misalnya dari kondisi kemacetan lahirlah inovasi usaha bengkel, cuci mobil, kafe, laundry panggilan.

4.       Trial dan eror (uji coba) serta terus belajar dan pantang menyerah

5.       Memecahkan Masalah yang Berlawanan - Idenya adalah untuk menciptakan dan bertukar pikiran dengan memecahkan masalah yang berlawanan dari yang sedang anda coba untuk pecahkan saat ini. Contoh, jika anda mencoba untuk membuat “Desain laptop terbaik”, maka mulailah dengan ide-ide untuk membuat “Desain laptop terburuk”. Untuk setiap gagasan Anda yang muncul, buat ide sebaliknya. Misalkan, jika “berat dan gemuk” adalah salah satu ide untuk “Desain laptop terburuk”, kemudian baliklah menjadi “ringan dan ramping” yang dapat digunakan dalam “Desain laptop terbaik”.
Teknik ini bekerja dengan baik terutama saat melakukan brainstorming dalam kelompok. Namun mungkin bisa terdengar lucu ketika orang-orang mencoba menjawab. Humor akan membuat hambatan berkurang dan mendorong orang untuk mengatakan sesuatu dengan lantang. Orang-orang akan merasa lebih nyaman dan terbuka