Selasa, 04 Maret 2014

Manager ; Tips Menyampaikan VISI ke Pemegang Saham


Membuat visi strategis memang bukan sesuatu yang gampang. Namanya juga visi yang berarti ada makna pandangan ke masa depan, tentunya tidak mudah dimengerti dalam kacamata jangka pendek. Visi harus ada karena ini yang membuat perusahaan bisa strategis karena memberikan peta dan gambaran tentang masa depan perusahaan, khususnya paska transformasi. Tentunya, menyampaikan visi kepada pemegang saham dengan kepada konsumen itu sesuatu langkah yang berbeda. Kata kunci menyakinkan pemegang saham adalah sustainaibility.

Visi di sini juga mengandung unsur menyakinkan seluruh unsur di dalam perusahaan tentang alasan mengapa perusahaan itu perlu mengarah ke sebuah tujuan. Visi itu akan mengarahkan, meluruskan, sekaligus menginspirasi gerak seluruh langkah jajaran perusahaan dalam mencapai perubahan. Sebab itu, visi juga memiliki nilai motivasi untuk menggapai masa depan perusahaan yang gemilang.

Perusahaan yang tidak memiliki visi yang jelas dipastikan ada dalam bahaya. Banyak program dan proyek transformasi yang gagal karena perusahaan menganggap remeh visi tersebut. Akibatnya, seluruh jajaran perusahaan akan bingung, merasa berada di persimpangan jalan, salah arah, dan tercekam ketidakpastian.

Namun, sering tidak mudah menyakinkan perusahaan visioner akan profit di masa depan. Ketegangan sering terjadi ketika para pemegang saham ingin mendapatkan hasil yang cepat. Visi jangka panjang sering bertabrakan dengan keinginan jangka pendek. Maklum, sudah menjadi karakter dasar manusia yang ingin memeroleh keuntungan dalam waktu pendek.

Sebagai gambaran, berikut tahap-tahap jatuhnya perusahaan yang tidak visioner dan bernafsu mengejar keuntungan jangka pendek dari buku James Collins berjudul “How The Mighty Fall”. Ada beberapa tahapan sebuah perusahaan besar akan kolaps. Pertama, perusahaan itu bersikap arogan dan ingin melakukan dan menggarap banyak hal alias serakah. Kedua, perusahaan itu kemudian malah lebih agresif mengejar pertumbuhan. Ketiga, saat tanda-tanda kegagalan di depan mata, perusahaan justru tampak acuh. Keempat, mereka kemudian tahu publik mulai tahu perusahaan sedang mengalami masalah dan terancam bangkrut. Kelima, bila perusahaan tidak berbenah, perusahaan itu akhirnya bangkrut.

Memang, untuk meyakinkan para pemegang saham, manajemen perusahaan perlu membuat dan mengomunikasikan visi perusahaan secara baik dan persuasif. Visi yang baik selalu mencantumkan atau mengusung konsep keberlangsungan bisnis (sustainability).

Mengapa konsep keberlangsungan bisnis ini penting? Jawabannya, karena konsep ini memberikan keunggulan kompetitif dalam jangka panjang. Hal ini juga didukung dengan logika bahwa di lanskap bisnis yang berubah dan ditandai dengan polarisasi pasar serta kelangkaan sumber daya alam, konsep keberlangsungan ini makin diperlukan. Hal kemudian adalah bagaimana menyakinkan para pemegang saham. Khususnya, visi yang mengusung konsep keberlangsungan ini bakal meningkatkan produktivitas biaya, pendapatan, dan nilai merek dari perusahaan tersebut.

Seperti dikatakan Philip Kotler (2010), beda dengan konsumen, para pemegang saham tidak akan terkesan dengan kisah-kisah sukses perusahaan. Para pemegang saham lebih peduli pada hasil dan benefit dari investasi mereka ke dalam perusahaan. Pada dasarnya, ketika pemegang saham berpikir mengenai kinerja, mereka berpikir soal keuntungan (profitability) dan kemampuan pengembalian (returnability). Keuntungan itu merupakan tujuan jangka pendek dan pengembalian sebagai tujuan jangka panjang.

Pemegang saham juga berbeda dengan para karyawan yang memiliki ikatan kuat dengan kultur perusahaan yang ada. Kepentingan mereka satu, yakni pengembalian dari investasi mereka. Mereka juga menjadi orang yang bertugas mengawasi proses bisnis serta memastikan eksekutif perusahaan melakukan pekerjaannya dengan baik. (Kotler et. al, 2010).

Untuk menggawangi dan mengawal hal ideal tersebut membutuhkan sebuah kemampuan yang tidak standar saja. Khususnya kemampuan yang dikenal dengan strategic foresight. Kemampuan ini sangat jarang ditemukan kecuali pada diri seorang pemimpin yang memiliki pandangan visioner dan kekuatan karismatik untuk memperkenalkan ide-ide perubahan itu kepada seluruh pemangku kepentingan—baik kepada pelanggan, karyawan, maupun pemegang saham. Mungkin tipe pemimpin ini bukanlah tipe pemimpin yang tidak populer. Ia berani menerobos cara konvensional dalam berbisnis. Termasuk keberanian dan kemampuan menyakinkan pemegang saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar