Brand Quotient
Anda pasti kenal LEGO. LEGO bukanlah perusahaan mainan, tetapi
perusahaan yang mengajak dan memungkinkan orang untuk menuangkan
imajinasi mereka dengan merangkai potongan-potongan LEGO menjadi bentuk
yang bisa dinikmati oleh orang lain. Pada dasarnya, potongan-potongan
kecil dari LEGO ini tidaklah ada artinya tanpa kreativitas dari orang
yang merangkainya. Setiap orang memiliki kreativitasnya masing-masing
untuk menciptakan sesuatu yang menarik dari potongan mainan LEGO ini.
Begitu juga dalam membangun brand, dimulai dari membangun bagian-bagian
yang kecil, dirangkai dengan terstruktur, dan harus mempunyai tujuan
yang jelas, artinya anda harus tahu apa yang ingin anda bangun dan raih
ke depannya.
Jika anda diberikan sekitar 50 potong mainan LEGO, pasti anda akan
mengalami kesusahan untuk menemukan bentuk apa yang ingin anda buat,
tetapi jika anda memiliki sekitar 500 potong LEGO, tentu anda akan
semakin mudah untuk menemukan imajinasi dalam membangun suatu karya
menggunakan LEGO karena anda disediakan banyak peluang dari 500 potong
mainan tersebut. Ini menunjukkan bahwa, “semakin banyak informasi yang
kita miliki, semakin banyak dan berkualitas karya yang bisa diciptakan.
Hal inilah yang dibutuhkan dalam brand creation, ketersediaan
informasi yang banyak bisa dimanfaatkan dalam rangka membangun brand
yang berkualitas” jelas Sakti. “Tapi, berapa banyak informasi yang
dibutuhkan ini? Semakin banyak semakin bagus.”
Untuk menciptakan brand yang besar dan berkualitas, anda harus
memahami informasi yang fundamental dari brand itu sendiri. Ibaratnya
dalam membangun mobil, anda harus tahu komponen dasar yang dibutuhkan
agar benda tersebut bisa disebut mobil. Apakah benda itu harus memiliki
ban, transmisi, mesin dan lain-lain. Dengan memahami informasi dasar
dari brand, anda bisa membawa brand menuju potensi maksimalnya untuk
menghasilkan uang dengan lebih banyak lagi. Penjelasan ini kembali
mempertegas pernyataan Sakti sebelumnya di artikel sebelumnya, ia
mengatakan, “jangan membangun bisnis, tetapi bangunlah brand karena di
situlah tambang emas berada.”
Perlu anda ketahui bahwa bisnis terdiri dari lima komponen dasar, yaitu:
1. Produk/layanan.
2. Audience, yaitu sekelompok orang yang menjadi target dari produk anda.
3. Network, yaitu orang atau perusahaan (partner) yang terkait
dan berhubungan dengan bisnis anda. Dalam kasus di Coca Cola, partner
adalah mereka yang mendistribusikan minuman ini ke jutaan orang di
dunia, mereka juga orang membungkusnya agar terlihat menarik, dan masih
banyak lagi. Network-lah yang membawa produk anda agar dikenal oleh
banyak orang.
4. Know-How, yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide dalam
membangun produk agar bisnis anda bisa berjalan dan terus meningkatkan
kinerjanya. Contohnya adalah fitur-fitur yang ditawarkan dalam bisnis
anda agar bisnis ini terus bisa menarik perhatian orang. Untuk
menghasilkan produk atau fitur terbaru, diperlukan riset yang mendalam.
Dan anda perlu ingat bahwa kecendrungan orang untuk terus mengganti
produk di zaman sekarang itu sangatlah cepat. Orang bisa berpindah dari
suatu produk ke produk lainnya dalam hitungan detik. Sebagai contoh
adalah kasus Whatsapp saat server mereka down dalam waktu yang
tidak lama, hal yang terjadi adalah sekitar 25 juta pengguna Whatsapp
langsung pindah ke Telegram. Ini menunjukkan bahwa perputaran penggunaan
produk itu sangat cepat dan anda perlu memperhatikan hal semacam ini
agar bisnis anda bisa sustainable.
5. Dan yang paling penting adalah Trust. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anda harus bisa membangun trust hingga
ke level “Loyalty Beyond The Reason”. Perlu anda ketahui bahwa
satu-satunya komponen yang abstrak dari kelima komponen ini adalah trust.
Ingatlah bahwa membangun bisnis itu berbeda dengan membangun brand. Tujuan bisnis adalah mendapatkan market-share, sedangkan tujuan branding adalah mendapatkan mind-share. Jika anda bisa membangun brand yang bisa menancap di kepala orang, berarti anda telah meraih mind-share mereka.
Brand memiiliki tiga komponen utama, yaitu perilaku, komunikasi, dan
ekspresi. Sama seperti manusia, membangun brand pun anda harus
memperhatikan tiga komponen ini. “Semua ini berada dalam kesatuan, jika
anda tidak bisa menyampaikan tiga komponen ini dalam branding yang anda
lakukan, bisa dipastikan bahwa branding anda gagal,” ungkap Sakti.
Banyak perusahaan gagal melakukan branding karena mereka hanya sibuk
mengurusi logo dan desain saja, padahal menurut Sakti, itu adalah hal
terakhir yang seharusnya anda lakukan.
Jika anda telah memahami komponen yang terdapat dalam bisnis dan
brand, lalu apa saja elemen-elemen yang bisa mempengaruhi brand? Ada
delapan elemen yang perlu anda perhatikan dalam membangun brand,
semuanya dipaparkan secara detil dalam gambar di bawah ini. Dan ini juga
menggambarkan secara singkat pekerjaan yang dilakukan oleh brand
manager untuk membangun brand hingga bisa besar. Berikut saya jelaskan
secara singkat hanya sampai nomor ke-4. Anda bisa mengklik gambar di
bawah ini untuk melihatnya dengan jelas.
1. History
Setiap brand pasti mempunyai sejarahnya sendiri, mulai dari
berdirinya hingga bisa terus berkalan seperti sekarang, dan inilah yang
harus dibawa dan dimasukkan dalam kisah brand anda. Masukkan kisah yang
bagus, dan tinggalkan kisah yang buruk.
2. Regulatory
Peraturan juga mempengaruhi jalannya suatu brand. Contohnya adalah peraturan dalam packaging
suatu produk. Peraturan ini menyatakan bahwa jika suatu produk tidak
dibuat dari buah-buahan, bungkus produk tersebut dilarang menampilkan
gambar buah. Jadi anda harus memastikan bahwa ada buah di dalam produk
anda agar anda bisa menampilkan buah di bungkus produk. Dengan aktifnya
peraturan ini, ada ribuan produk yang harus didesain ulang.
3. Business Portofolio
Portofolio bisnis harus diperhatikan dalam membangun brand. Anda
tidak bisa berekspansi ke produk lain atau membeli perusahaan lain jika
apa yang anda lakukan ini tidak sejalan dengan brand anda. Mungkin dalam
kacamata bisnis ini sah-sah saja karena bisa meningkatkan pendapatan,
tetapi berbeda dalam kacamata brand karena jika tidak sesuai, ini bisa
mengubah reputasi brand anda di mata orang lain. Business portofolio transforms the brand. Alangkah tidak cocok jika Telkom membangun pabrik bukan?.
4. Market Dynamic
Pasar berubah dengan cepat, jadi anda juga harus bisa beradaptasi dengan cepat.
Secara garis besar, delapan elemen inilah yang harus anda perhatikan
dalam membangun brand. Sakti mengatakan, “pada dasarnya membangun bisnis
itu lebih mudah daripada membangun brand karena membangun brand itu
erat kaitannya dengan mindset. Brand harus bisa mempengaruhi audience agar mereka mau membeli produk anda. Itulah kenapa brand lebih sulit dibangun.”
Brand Management
Gambar di atas adalah beberapa cara yang dilakukan oleh brand manager
dalam membangun brand mereka. Kesemuanya ini harus bisa dipastikan
berjalan, mulai dari brand measurement, brand development, dan brand
activation.
Brand measurement adalah aktivitas untuk
mengukur kemajuan dari brand itu sendiri. Tentunya, dalam membangun
brand anda harus bisa mengetahui apakah brand anda mengalami kemajuan
atau tidak.
Setelah mendapatkan insight dan foresight, informasi ini dipadukan untuk mengembangkan brand (brand development) yang akhirnya akan melahirkan singular brand voice yang
mencerminkan brand anda di mata orang lain. Artinya orang-orang tahu
produk apa yang sebenarnya anda jual dan apa brand anda ini sebenarnya.
Intinya adalah satu kata yang mencerminkan brand tersebut.
Brand activation
adalah semua hal yang dilakukan oleh brand, termasuk marketing, sales,
distribusi, membangun partnership, dll yang pada akhirnya bertujuan
untuk meraih “loyalty beyond the reason”.
Ketiga langkah ini adalah
siklus yang anda harus lakukan secara berulang dalam rangka membangun
brand yang sukses.
Ini adalah tahap pengembangan brand. Anda harus bisa memikirkan masa
depan dari brand anda dengan sedetil mungkin, mulai dari keadaannya
sekarang, tahun depan, hingga dalam beberapa tahun ke depan sesuai
dengan target yang ingin anda raih. Jangan hanya menerawangnya saja
apalagi hanya memikirkannya saja, anda harus bisa menuliskannya di
kertas karena nantinya anda akan terkejut melihat apa yang anda tulis
ini akan selalu berubah seiring dengan waktu yang terus berjalan.
Dengan
menulis langkah-langkah apa yang ingin anda raih dalam mengembangkan
brand, anda bisa melakukan eveluasi terhadap sesuatu yang tidak berjalan
sesuai dengan yang seharusnya. Anda akan bisa mencari penyebabnya
dengan cepat dan menyesuaikannya agar berjalan sesuai dengan rencana
yang telah anda tetapkan.
Anda harus memikirkan bagaimana bisnis anda bisa berjalan hingga
bertahun-tahun lamanya karena biasanya orang Indonesia senang dengan
berleha-leha ketika mengetahui bahwa brand mereka telah berjalan dan
pengguna yang sudah terdaftar pada bisnis mereka sudah cukup banyak. Ini
membuat mereka duduk dengan tenang tanpa memikirkan kelangsungan bisnis
mereka untuk ke depannya.
Walaupun pengguna Facebook sudah banyak pada
2-3 tahun di awal, mereka tidak lantas bersantai-santai menikmati uang
yang masuk, tetapi mereka terus memikirkan cara bagaimana pengguna ini
bisa terus naik dan pengguna tetap menggunakan Facebook dalam jangka
waktu yang lama. Jadi pastikan anda bisa meraih apa yang anda rencanakan
selama ini.
Untuk meraih visi brand, ada dua cara dalam melakukannya, yaitu Present Push dan Future Pull. Apa itu Present Push?
Present Push adalah cara untuk meraih visi brand dengan mendorong apa
yang anda miliki sekarang dalam perusahaan ke arah visi brand anda.
Seberapa jauhkah anda seharusnya mendorongnya? Jawabannya adalah sejauh
yang anda bisa. Dengan begitu anda akan tahu seberapa kuat anda dalam
meraih ataupun mendekati visi brand yang sudah anda tetapkan sebelumnya.
Sebagai contoh dalam merakit mobil, Present Push digambarkan dengan
memperbaiki mesin mobil agar kinerjanya semakin efisien, bannya diganti
dengan lebih modern, dan sebagainya.
Sedangkan Future Pull adalah merombak bisnis anda
secara total untuk meraih apa yang telah anda tetapkan dalam visi brand
anda. Berdasarkan resiko dan upaya, Future Pull membutuhkan upaya dan
juga resiko yang besar karena anda harus mengubah total bisnis anda
untuk meraih apa yang anda inginkan. Kasus Future Pull yang paling cocok
dikaitkan dengan kejadian yang nyata adalah saat dimana Steve Jobs
kembali ke Apple. Ia merombak habis dan mematikan proyek-proyek Apple
yang tengah dijalankan untuk meraih apa yang berada dalam visi Apple ke
depan. Jobs mengatakan bahwa ia harus mengubah semuanya demi visinya dan
itu terbukti berhasil dengan lahirnya produk-produk inovatif seperti
iPhone, Mac, dan iPad.
Lalu, yang mana yang lebih bagus, Present Push atau Future Pull?
Tidak ada jawabannya yang tepat. Ini semua bergantung dari anda dan visi
brand yang telah ditetapkan.
Dalam membangun visi brand, ada beberapa elemen yang anda harus penuhi, yaitu:
1. What Are You?
Ini pertanyaan tentang jenis bisnis yang anda jalankan.
2. What Market Do You Compete In?
Anda mau bersaing di pasar yang mana? Anda harus
mempunyai rincian jelas tentang hal ini agar anda bisa merencanakannya
dalam beberapa tahun ke depan.
3. Who Do You Want To Serve?
Siapa customer yang anda ingin layani.
4. How Far Do You Want To Go?
Seberapa jauh anda ingin terus menjalankan bisnis ini. Apakah anda
hanya ingin masuk ke pasar lokal saja atau mungkin anda ingin terus
bersaing hingga pasar global dan terus menjalankan bisnis ini hingga 20
tahun lamanya. Tentu anda harus mempunyai rencana yang sangat jelas
untuk mengatasi hal ini.
5. What Purpose Do You Serve By Offering The brand?
Ini adalah pertanyaan yang paling susah dijawab. Apa yang ingin anda
lakukan pada orang lain melalui brand anda? Apa yang ingin anda tawarkan
kepada konsumen anda? Value apa yang anda tawarkan pada konsumen? Ini
adalah elemen utama yang bisa menjadi pendongkrak bagi berkembangnya
bisnis anda di masa depan. Apabila anda bisa menjawab pertanyaan ini,
maka bisnis anda pasti akan melonjak tajam karena anda bisa memberikan
suatu value kepada siapapun orang yang menggunakan produk anda dan
mereka merasa bahwa brand anda memberikan manfaat baik pada hidup
mereka. Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang harus dijawab bagi
perusahaan-perusahaan besar seperti Apple, HP, Microsoft, dll karena
empat pertanyaan di awal sudah mereka atasi dengan sangat jelas.
Berbicara tentang membangun visi brand, banyak orang yang masih salah
kaprah bahwa dalam membangun visi, orang lebih cenderung mengaitkannya
dengan menjadi sesuatu yang besar.
Contohnya menjadi perusahaan komputer
terbesar, menjadi perusahaan mobil terbesar, menjadi perusahaan makanan
terbesar dan sebagainya. Tetapi, bercermin dari para pendiri perusahaan
besar yang sukses seperti Apple dan Disney, pendirinya, secara berurut
yaitu Steve Jobs dan Walt Disney tidak pernah memiliki visi untuk
menjadi perusahaan terbesar di dunia. Mereka hanya ingin berkontribusi
dan memberikan dampak baik kepada dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar