Strategi dan efisiensi operasi memang
penting, tetapi kunci kesuksesan perusahaan tetap terletak pada produk atau
jasa yang ditawarkan--
Perusahaan menghabiskan banyak waktu,
tenaga dan sumber daya untuk menjadi sukses, akan tetapi, kunci dari bisnis
sebenarnya sederhana: produk atau jasa yang ditawarkan haruslah diinginkan
pelanggan. Produk ini tidak hanya harus memiliki nilai yang lebih tinggi dari
pesaing, tetapi juga lebih tinggi dari nilai uang yang rela dikeluarkan
pelanggan.
Ketika melihat
peluang bisnis baru, selalulah menanyakan “Siapa target pelanggan Anda?” dan “Mengapa mereka bersedia membayar
produk Anda, dan bukan produk pesaing?”
Produk idaman
bukanlah suatu kebetulan – mereka dikembangkan melalui tahapan kompleks yang
membutuhkan kreativitas dan kerja keras. Proses pengembangan produk baru
penting bagi kesuksesan perusahaan; dan tahap paling vital adalah memahami value pelanggan – tahap inilah yang merupakan senjata rahasia para
inovator.
Setelah
menetapkan target pelanggan, tahap selanjutnya adalah memahami apa yang mereka
inginkan; voice-of-customer (VOC) atau suara pelanggan dapat membantu Anda untuk mengerti tentang
mereka.
Ada beberapa
cara untuk mengumpulkan VOC, baik kuantitatif maupun kualitatif. Metode paling
mudah tentu saja dengan menunggu pelanggan memberitahu langsung apa yang mereka
inginkan. Metode proaktif adalah dengan mengumpulkan suara pelanggan melalui channel formal, biasanya diawali dengan metode kualitatif seperti interview
dan observasi, kemudian disusul metode kuantitatif seperti survei.
Walau banyak informasi dapat diperoleh
dari VOC, kebutuhan pelanggan sulit untuk dibandingkan satu sama lain dan tidak
dapat diterjemahkan langsung ke dalam spesifikasi produk. Contoh “kebutuhan”
didefinisikan sebagai kenyamanan, kehandalan dan keamanan.
Namun pelanggan
mempunyai definisi yang berbeda– definisi seseorang mengenai kenyamanan
berbeda-beda. Bahkan ketika definisi dapat dimengerti, bagaimana anda bisa
mengartikan kalimat “Keamanan 50% lebih penting daripada kenyamanan”? Bagaimana
Anda akan mengalokasikan biaya produksi Anda untuk mengoptimalkan valuepelanggan?
Kebutuhan yang lebih spesifik seperti
“Intel Core i5 CPU M560” mungkin diungkapkan oleh pelanggan. Namun, seberapa
penting spesifikasi ini bagi pelanggan? Bagaimana Anda melakukan kompromi
antara kebutuhan satu pelanggan dengan yang lain?
Kekurangan VOC, seperti contoh di atas,
adalah tidak adanya kerangka formal yang dapat digunakan untuk membandingkan
dan menerjemahkan kebutuhan ke dalam spesifikasi produk.
Berbasis Desired-Outcome
Seperti yang
diusulkan oleh Clayton Christensen dari Harvard dan Anthony Ulwick di dalam
bukunya, kerangka terbaru VOC menggunakan konsep jobs-to-be-done dan desired outcome. Konsep pertama memaparkan bahwa bahwa pelanggan akan membeli produk atau
jasa untuk membantu mereka menyelesaikan suatu kegiatan.
Kegiatan ini
kemudian diasosiasikan dengan desired outcome atau hasil ideal yang diinginkan pelanggan. Misalnya jobs-to-be-done sebuah mobil adalah untuk mengangkut penumpang dari titik A ke titik
B, sementara desired outcome-nya adalah untuk meminimalisir guncangan saat perjalanan.
Pernyataan jobs-to-be-done dan desired-outcome haruslah jelas dan konsisten agar dapat mudah dimengerti dan
diterjemahkan ke dalam spesifikasi teknis.
Selama
pengumpulan data, pelanggan mengkonfirmasi outcome yang mereka inginkan dan anda harus memilih outcome yang paling relevan bagi mereka. Anda juga dapat melakukan survei
kuantitatif untuk menentukan seberapa penting masing-masing outcome. Hasil survei dapat digunakan selama brainstorming untuk menemukan solusi dan desain yang inovatif. Konsep produk
kemudian dapat dilakukan dengan mengkombinasikan pandangan ini dengan analisa
pesaing.
Ada empat
keuntungan kerangka desired-outcome dibandingi cara VOC tradisional yaitu, pertama mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi value pelanggan. Kedua, inovasi
yang lebih fokus dan perencanaan yang jelas.
Ketiga, mempermudah penerjemahan bahasa pelanggan ke spesifikasi produk dan keempat, menghubungkan value yang
diinginkan pelanggan dengan pesan yang akan disampaikan pemasaran.
Salah satu studi kasus yang pernah kami
jumpai adalah mendesain produk baru bagi pabrikan bus. Pabrikan tersebut
menghadapi persaingan ketat di beberapa segmen dan mengalami kesulitan untuk
tumbuh di segmen lainnya. Sangat penting bagi mereka untuk mengembangkan produk
baru yang sukses di pasar.
Kebutuhan
pelanggan dikumpulkan dan dianalisa menggunakan kerangka desired-outcome, yang kemudian diterjemahkan ke dalam spesifikasi fungsional dan kinerja
yang baru. Hasil akhirnya adalah sebuah konsep produk yang menawarkan proposisi
nilai yang jauh lebih baik dan kompetitif.
Dengan
menggunakan teknik outcome-driven, diidentifikasi enam proposisi inovasi dan menemukan solusi desain yang
dapat meningkatkan nilai produk bus baru di mata pelanggan. Beberapa kebutuhan
pelanggan tidaklah mengejutkan, seperti efisiensi bahan bakar. Dalam waktu enam
bulan setelah studi dilakukan, pabrikan dapat mengembangkan platform baru yang lebih irit bahan bakar sebesar 10% melalui peningkatan
aerodinamika dan pengurangan berat kendaraan.
Beberapa kebutuhan lain yang belum pernah
terpikirkanpun teridentifikasi. Contohnya adalah fitur kursi untuk supir.
Didapatkan bahwa supir bus menggunakan kompartemen bawah bagasi untuk tidur
siang karena tempat duduk supir yang sempit tidak mengakomodasi kebutuhan ini.
Para engineer kemudian merancang panel pembagi bergerak di belakang kursi pengemudi
yang memungkinkan kursi untuk dimiringkan membentuk tempat tidur. Sekarang
supir dapat dengan mudah berbaring dan tidur tempat yang nyaman.
Dengan
menerapkan kerangka desired-outcome, perusahaan dapat mengembangkan produk baru yang mengedepankan value pelanggan,
dan pada saat yang bersamaan, mengurangi atribut produk yang tidak penting bagi
mereka.
Kebutuhan pelanggan dapat didefinisikan
dengan dua faktor: jobs-to-be-done dan desired-outcome. Dengan memahami desired-outcome, akan lebih mudah untuk membandingkan, memprioritaskan dan menerjemahkan
keinginan pelanggan ke dalam spesifikasi produk. Ini adalah senjata rahasia
para inovator, sebuah kerangka untuk memahamivalue bagi pelanggan, yang dapat membantu perusahaan dalam menciptakan
produk inovatif yang diinginkan pasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar