Rabu, 28 November 2012

Strategi : Apple Rules.....!

 


Produk iPad dari Apple membuka cakrawala baru bisnis tablet PC di Indonesia. Banyak bisnis-bisnis baru bertumbuh karena kehadiran Apple. Bagaimana Apple bertumbuh? Akankah mendominasi pasar di Indonesia?


Belum sampai ke Indonesia, rumor soal kecanggihan iPad 2 sudah banyak beredar di kalangan pencinta gadget. Selain BlackBerry, produk Apple terbaru kini selalu dinanti oleh konsumen Indonesia. Dari iPod, iPhone, hingga iPad, para penggila gadget tidak pernah mau ketinggalan menjadi pembeli pertama produk-produk ini. Pembeli gadget tidak akan merasa “cool” jika tidak menenteng salah satu produk Apple. Padahal sekali membeli produk Apple, Anda harus merogoh kocek yang tidak sedikit pula untuk berbagai konten, utillitites, dan asesori yang ada.

Berdasarkan riset dari Citigroup, lebih dari 20 juta iPad akan dipasarkan tahun 2011. Itu artinya sepertiga dari total PC tablet yang akan dipasarkan. Dominasi ini mirip dengan perangkat musik buatan iPod yang menguasai market share yang sama. Kini Apple masuk ke posisi ketiga dalam penjualan personal computer di dunia setelah iPad mengalami pertumbuhan yang demikian tinggi, khususnya di Asia. Posisi ini menggeser merek-merek dunia lain, seperti Dell dan Lenovo.

Apple sejak dulu seperti bermain di dunianya sendiri. Apple menciptakan perangkat kerasnya sendiri, demikian pula dengan operating system-nya, tidak seperti komputer lain yang mengandalkan kemampuan komputernya pada Intel dan Microsoft. Komputer Apple lebih disukai oleh para graphic designer yang membutuhkan kualitas gambar dan warna yang sempurna.

Namun, Apple kini bukan milik para pencinta grafis semata. Pebisnis, mahasiswa, sampai anak-anak pun mulai menenteng produk Apple seperti Mac, iPod, iPhone, sampai iPad. Situasi berubah saat Apple berhasil mengintegrasikan berbagai industri ke dalamnya. Mulai dari komputer, ponsel, music player, sampai PC tablet. Konsumen biasa pun makin menyukai produk-produk Apple.

Memang, Apple tetap saja bukan produk masal yang murah. Tapi, Apple telah menjadi trendsetter bagi merek-merek lain. Ambil contoh saja iPad yang kemudian membuat produk-produk sejenis dari Cina maupun rakitan dalam negeri pun berhamburan di pasar Indonesia. Pada tahun 2000, sekitar 75% dari total penjualan Apple masuk ke segmen bisnis dan profesional. Tapi, pada tahun 2010, 75% dari total penjualan Apple justru berasal dari consumer market.


Music adalah Kunci
Pilihan untuk memasuki consumer market merupakan jawaban atas jatuhnya penjualan Apple pada tahun 2001, saat produk-produk Apple mengalami kegagalan di pasar. Bisnis memang lesu di AS pada saat itu, hingga mengakibatkan penjualan Apple turun lebih dari 30%. Akhirnya Steve Jobs pun “menyerah” untuk tetap menjadikan Apple sebagai produk eksklusif. Apple harus mulai masuk ke mass market, dan pilihan apa yang tepat untuk mulai masuk ke ranah mass market? “Musik!” kata Steve Jobs, karena semua orang menyukai musik!

Debut Apple yang dimulai dari iPod itu pun membuahkan hasil. Sekalipun bukan menjadi pionir di industri pemutar MP3, namun kehadiran iPod menjadi market driver bagi tumbuh suburnya industri musik digital, khususnya yang berformat file MP3 ini. Key success factor dari iPod adalah harganya yang relatif terjangkau, namun memiliki tingkat reliability yang tinggi. Selain itu, desainnya pun tergolong menarik, hingga iPod pun menjadi produk yang paling cool pada saat awal peluncurannya.
Setelah iPod, Apple kembali menggegerkan dunia gadget dengan iPhone. Produk yang satu ini juga menjadi smartphone paling revolusioner. Hanya dalam waktu 10 jam sejak peluncurannya, iPhone sudah terjual sebanyak 270.000 unit. Seperti iPhone terakhir, yang dinamakan iPhone 4 dan dirilis pertengahan tahun lalu, yang berhasil mencatat penjualan 600.000 unit dalam sehari.

Tahun 2010, Apple kembali melakukan gebrakan dengan mengeluarkan iPad. Ini merupakan langkah besar Apple untuk kembali mengintegrasikan berbagai digital hub. iPad bukanlah sekadar kindle (perangkat pembaca digital book). Melalui iPad, kita bisa pula mendengarkan musik, membaca email, mengunduh gambar dan aplikasi, serta menonton video. Bersamaan dengan iPad itu pula, Apple meluncurkan Apple Store yang menjual ratusan ribu konten dan aplikasi yang bisa dibeli dan diunduh lewat iPad. Hanya dalam waktu dua bulan, iPad sudah terjual 2 juta unit dan membuat saham Apple di bursa melejit.


Market Driven
Apa yang menjadi kunci sukses dari Apple? Sekalipun bukan pionir, Apple selalu menempatkan diri menjadi market driven, alias mendorong pasar bertumbuh dengan produk ciptaannya. Mengintip dinamika pasar yang terjadi memang menjadi kebiasaan Apple kini. Perusahaan ini selalu melihat apa yang menjadi tren di masa depan dan memasukinya dengan penuh totalitas. Artinya, produk didesain bagus dan berkualitas serta penuh inovasi.

Untuk menjaga kualitas produk dan layanan, Apple pun akhirnya memperkuat jaringan tokonya sendiri. Apple membuat jaringan Apple Store dan tahun 2011 ini mereka sudah membuka 300 jaringan outlet-nya sendiri di berbagai negara. Toko ini tidak hanya menjual produk-produk Apple, tetapi juga memiliki theater room untuk presentasi dan workshop, studio training, dan genius bar untuk technical support.

Dengan inovasinya yang terusmenerus,  Apple berusaha membangun loyalitas dan kebanggaan dari para pencintanya. Kelemahan Microsoft dibandingkan Apple adalah Microsoft tidak membangun online store untuk menjaga loyalitas. Apple bekerja sama dengan ribuan partner dan mengendalikan mereka lewat iTunes dan Apple Store. Toko online Apple ini kini telah memiliki 150 juta akun yang siap membeli dengan satu klik saja. Brand Apple kini sudah mirip dengan Harley Davidson. Ada kebanggaan bagi para pelanggan untuk memakai logo Apple. Bahkan pencintanya pun siap menjadi evangelist: orang-orang yang mewartakan kehebatan Apple kepada orang lain. Tak mengherankan, Apple kini menjadi salah satu brand termahal di dunia dengan value USD 21 miliar. Sekalipun masih ada di urutan ke-17 dalam data global brand value index (Interbrand), namun tahun lalu Apple tergolong sebagai merek dengan peningkatan brand value tertinggi. Millward Brown, global brand consultant, bahkan menempatkan Apple pada urutan pertama mengalahkan Google dengan nilai brand USD 153 miliar.

Yang jelas, siapa yang tidak mau memiliki perusahaan dengan revenue senilai USD 65 miliar (sekitar Rp 580 triliun) dengan profit sebesar USD 18 miliar (sekitar Rp 162 triliun)? Asia sendiri merupakan pasar potensial bagi Apple. Paling tidak ini terlihat dari antrean ribuan orang saat iPad 2 diluncurkan di sejumlah negara Asia. Bahkan calon pembeli tak segan-segan untuk mengantre dua hari di depan toko Apple di Hong Kong. Sayangnya, pasar Indonesia sendiri bagi Apple saat ini belum semenarik Jepang, Hong Kong, atau Singapura. Itulah sebabnya Indonesia kebagian di akhir-akhir dalam urutan peluncuran iPad 2 di Asia.

Eko Indrajit, pengamat IT mengatakan bahwa kelahiran generasi yang lebih banyak memakai otak kanan akan menjadi pemicu keberhasilan penetrasi Apple di Indonesia. Apple dianggap lebih pas dengan kebutuhan ini, karena lebih entertaining. Apple juga lebih dianggap gadget dibandingkan komputer. Itulah sebabnya Eko melihat, banyak orang yang membeli produk Apple tapi sebenarnya mereka tidak pandai mengoperasikan komputer, alias bukan user komputer.

Namun, lawan Apple tentu saja tidak mudah. Di Indonesia, iPhone harus bertarung dengan BlackBerry. Sedangkan iPad harus bertarung keras dengan Samsung Galaxi. Merek yang disebut belakangan ini memang selalu menonjolkan bahwa ukuran 7 inch lebih ringkas dibandingkan iPad yang berukuran 10 inch. Pasar tablet 7 inch bahkan kini semakin berkembang oleh banyaknya produk sejenis di Indonesia, sehingga membuat iPad terasa sebagai gadget yang terlalu besar.

Kini, kita tunggu saja bagaimana sepak terjang Apple selanjutnya di Indonesia. Banyak analis memperkirakan bahwa langkah selanjutnya dari Apple adalah masuk ke industri game console. Artinya Apple akan bertarung dengan Nitendo, Sony PlayStation, Wii, dan lain-lain. Inilah digital hub lain yang masuk akal jika Steve ingin terus dengan ambisinya memperbesar habitus dari Apple

Tidak ada komentar:

Posting Komentar