Rabu, 28 November 2012

 Analisis Sidik Jari 

(Dermatogyliphics)

 

Sebuah penelitian di tahun 2011 dari sejumlah perusahaan besar di Indonesia mengungkap bahwa setelah delapan tahun lulus S1 dan bekerja, ternyata 59% profesional perusahaan-perusahaan tersebut tidak lagi bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan S1 mereka. Data lain menunjukkan, ternyata perputaran keluar-masuk sales/marketing executive jenjang first line/entry hingga supervisor/middle level manajemen adalah 19%. Padahal untuk profesi akuntan, insinyur, produksi dari jenjang serupa adalah sekitar 12%!

Temuan ketiga, dari sebuah penelitian oleh klinik pengobatan terkemuka—yang merupakan cabang dari klinik spesialis terkenal di luar negeri—atas gangguan seksual, persentase terbesar (27%) pasien yang berobat datang dari kalangan profesional yang memiliki kompetensi utama di bidang sales dan marketing dibanding sembilan kategori profesi lainnya yang mereka pantau.

Apa yang terjadi dengan para sales & marketing profesional sehingga mereka menghadapi tiga kendala di bawah ini:
  • berkarier tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan (kurang memiliki hard/technical skills yang sepadan dengan kualifikasi pekerjaan yang ditekuni)
  • cenderung sering berpindah bagian/beralih profesi atau keluar perusahaan tempat bekerja (kurang cocok dengan pekerjaan sehari-hari);
  • mengalami banyak disfungsi ereksi seksual walau masih di usia produktif akibat persaingan tinggi dan tekanan bekerja dalam meraih target-target tertentu.
Salah satu kemungkinan jawaban adalah perusahaan tidak menganut azas manajemen perekrutan dan seleksi “the right man for the right job”. Proses perekrutan dan seleksi sejak awal dilakukan secara “normatif” dengan seleksi psikotes dan wawancara berlapis, atau—yang lebih parah—hanya mengandalkan koneksi karyawan/relasi usaha dan wawancara berlapis.

Hasilnya?
Tidak heran, dalam 3–4 tahun kemudian terjadi keluar-masuk karyawan sales & marketing di atas 19% dan tingkat kesuksesan mereka ketika dipromosikan menjadi area sales manager atau regional sales manager atau senior brand/product manager atau market development manager yang andal dan qualified ternyata di bawah 60% (setelah satu tahun dipromosikan). Sebuah tingkat kegagalan dalam promosi yang tinggi! (>40%).

Akibatnya, perusahaan terhambat bertumbuh cepat di atas 25% per tahun dan melakukan pemubaziran senilai Rp 28 juta per karyawan yang mengundurkan diri setelah mereka direkrut , dilatih, dan dibina sebelum usai masa kerja empat tahun di perusahaan.

Salah satu cara efektif dalam mengatasi tantangan di atas adalah melakukan proses pemeriksaan dan analisis 10 sidik jari dari calon karyawan yang akan direkrut, atau dari karyawan yang baru akan menyelesaikan masa 3–6 bulan percobaan, atau calon pimpinan manajemen atas. Tiga tujuan utama memasukkan ini dalam proses seleksi calon karyawan dan pengembangan karyawan adalah:
  • menerapkan dengan konsekuen dan intensif azas perekrutan dan seleksi karyawan dengan titik berat “the right man for the right job” yang dikaji dari segi bakat alami atau talenta genetik mereka yang kuat atau yang sudah terasah, maupun yang masih terpendam/belum terlatih;
  • membedakan secara spesifik dan praktis antara minat versus bakat karyawan dan memastikan bahwa perusahaan tidak begitu saja menyeleksi calon karyawan berdasarkan minat tanpa menelusuri lebih jauh bakat atau talenta yang menunjang minat itu. Minat diibaratkan sebagai wants (keinginan), sedang bakat identik dengan needs (kebutuhan) dalam menekuni pekerjaan atau karier;
  • melengkapi perusahaan dengan sebuah alat diagnostik tambahan (selain CV, psikotes, dan wawancara berlapis) yang cepat (dalam 15 menit pemeriksaan 10 sidik jari dan hasil 1X24 jam setelah pemeriksaan) dan harga rekomendasi analisis yang terjangkau (mulai dari Rp 300 ribuan per karyawan).
Bagi perusahaan yang belum terbiasa menerapkan pemeriksaan psikotes dalam menerima karyawan baru, pemeriksaan, analisis, dan rekomendasi 10 sidik jari bisa merupakan sebuah pilihan alat penyaring yang ampuh, efektif , praktis, dan terjangkau.

Laporan dan rekomendasi analisis 10 sidik jari terdiri dari tiga format pilihan, yaitu (1) basic report berisi 2 halaman; (2)
comprehensive report berisi 9 halaman; (3) report & recommendation berisi 15 halaman.
Format “report & recommendation” berisi: (1) kecenderungan bakat sesuai dengan pemetaan kekuatan 5 bagian otak; (2) kecenderungan 4 karakter utama sesuai dengan kekuatan 10 sub bagian otak; (3) kecenderungan bakat sesuai dengan 8
kecerdasan majemuk Dr. Howard Gardner; (4) tiga gaya terbaik untuk penyerapan informasi, proses belajar, dan mengasah bakat; (5) pola motivasi terbaik dalam bekerja dan belajar; (6) bakat terbaik dalam kuadran 4 quotient/kemahiran (IQ/EQ/SQ/AQ); (7) bakat terbaik dalam kuadran disc (directing/influencing/ supportive/ contemplative); (8) bakat terbaik dalam 8 tipe profesional/karyawan; (9) kesimpulan dan rekomendasi penempatan karyawan.

 

 Bag. 2

Analisis 10 sidik jari diusulkan sebagai salah satu cara untuk perekrutan dan seleksi karyawan yang tepat bagi pekerjaan yang cocok. Di sini dibahas lebih lanjut mengenai analisis tersebut. Jika psikotes dalam proses perekrutan karyawan lebih menekankan aspek peminatan dan keterampilan yang sebelumnya sudah dipelajari atau dilatih (pengaruh lingkungan yang disengaja)—jadi, sama sekali tidak memetakan bakat turunan atau talenta alami, analisis 10 sidik jari dilakukan melalui pemeriksaan fisik 10 jari tanpa ada tes yang harus dikerjakan. Cukup menempelkan setiap jari ke toggle yang disediakan, lalu dikoneksikan ke laptop untuk merekam dan membuat gambar aktual dengan menekan agak keras sambil menggulirkan 2–3 cm ke arah kiri-kanan atas-bawah semua “10 telapak jari” melalui proses pencitraan. Sehingga, permukaan sidik jari terekam luas secara visual (hingga ke sisi paling pinggir permukaan jari) dan alur garis jari akan terekam jelas.
Manusia tercatat memiliki 16 model guratan alur garis jari. Model guratan alur garis 5 jari kanan tidak sama dengan guratan alur garis 5 jari kiri. Biasanya dalam 10 jari setiap manusia terdapat 3–7 guratan garis yang berbeda dari 16 jenis  guratan yang ada. Setiap model guratan sidik jari memperlihatkan sejumlah bakat turunan/talenta alami dengan tingkat akurasi 90%–95% (sesuai jenjang umur), berdasarkan analisis dan penelitian rekaman sidik jari dari lebih 12 juta database responden yang telah diperiksa dan dianalisis selama delapan tahun terakhir oleh puluhan pakar dan veteran psikolog, sosiolog, IT,  dermatolog, pendidik anak usia dini antara lain di USA, Kanada, Australia, UK, India, Jepang, Korea, Cina, Singapura, Taiwan.
Guratan garis 2 jari jempol dan 2 jari telunjuk merupakan yang terpenting karena berkaitan langsung dengan bakat alami seseorang. Sidik jari juga berkaitan langsung (berkorelasi positif ) dengan 10 struktur otak yang ada di setiap manusia, seperti frontal lobe, parietal lobe, temporal lobe, occipital lobe (5 ruang besar yang dijabarkan lagi menjadi “10 kamar otak”). Setiap kamar otak memiliki ciri khas atau karakter alami yang berbeda secara signifikan “satu dengan kamar otak lainnya”.

Perbedaan bakat turunan dan karakter alami ini kemudian dijelaskan dalamsejumlah konsep ilmu psikologi terapan terkenal, antara lain 8 kecerdasan majemuk – Dr. Howard Gardner; DISC (dominance influence steadiness compliance) – Dr. William Marston; gaya belajar mendengar vs melihat vs mengerjakan langsung – Dr. DePorter dan Hernacki (2002); 4  kuadran kecerdasan – IQ, EQ, AQ, CQ; dan sejumlah tabel struktur otak yang intensitas bakatnya diukur secara numerik/kuantitatif.

Analisis sidik jari di atas bisa diterapkan untuk meningkatkan kinerja seorang sales profesional dalam konteks mengaitkan langsung bakat dan karakter turunan seseorang dengan nama jabatan > uraian tugas di jabatan tersebut > kinerja pokok yang diharapkan dari pemegang jabatan > kompetensi pemegang jabatan (diuraikan dalam keterampilan teknis/soft skills dan keterampilan kontekstual/hard skills).

Dalam profesi marketing & sales kita menjumpai 86 nama jabatan yang terbagi dalam 8 management functions yang lebih spesifik:
  • sales management (16 jabatan);
  • product management (5 jabatan);
  • promotions management (22 jabatan);
  • price management (4 jabatan);
  • place management (7 jabatan);
  • customers yield & mix management (5 jabatan);
  • marketing supports/services (17 jabatan);
  • marketing management (10 jabatan).
Dari 86 jabatan dibutuhkan sejumlah kompetensi yang diuraikan secara spesifik dalam 36 hard skills dan 16 soft skills. Skills ini tidak berbeda jauh secara jenjang (direktur vs manajer vs asisten manajer/offi cer vs executive). Perbedaannya hanya pada kadar wewenang dan tanggung jawab. Skills di atas bisa berbeda signifikan apabila mempertimbangkan jabatan di management functions yang berbeda. Di sinilah justru pemeriksaan analisis sidik jari menjadi krusial karena dikaitkan secara langsung antara karakter turunan dan bakat genetika dengan job title dan job competencies yang dituntut perusahaan.

Sudah terbukti secara empiris bahwa seseorang akan bekerja optimal dan tetap bahagia juga puas terhadap perusahaan dan dirinya sendiri apabila yang dilakoninya merupakan sebuah panggilan dan hobi, sesuai jabatan yang diemban. Karyawan tersebut akan loyal di perusahaan, memiliki passion dan komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan.

Apabila sudah bekerja sesuai bakat turunan maupun karakter alaminya, seorang profesional akan memiliki “turbo boost” atau “double power” untuk mengambil keputusan yang sulit menjadi serasa mudah, mengatasi tingkat persaingan dengan pikiran yang positif dan konstruktif. Ia juga punya kemampuan problem solving yang baik serta keinginan selalu belajar untuk menyempurnakan diri dan senantiasa meningkatkan prestasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar